Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hutan
memang pantas menyandang gelar “paru-paru dunia” karena memiliki peran yang
sangat berharga dalam mempertahankan kehidupan manusia juga hewan, yaitu
pernapasan. Ganggang, cyanobacteria dan berbagai tumbuhan yang hidup di daratan
adalah tangki oksigen yang gratis, merangkap sebagai vacoom cleaner yang menyaring debu dan menyerap berbagai zat yang
dapat meracuni manusia. Kurang lebih 740 kilogram oksigen yang dibutuhkan oleh
manusia untuk dapat bertahan hidup disediakan oleh 7 sampai 8 pohon dewasa
setiap tahunnya.
Selain menyediakan oksigen yang
dikeluarkan oleh dedaunan yang menempel pada ranting sebuah pohon, hutan juga
mempunyai kemampuan mengatur tata air, mencegah erosi dan banjir serta
memelihara kesuburan tanah (Emil Salim, 1993). Mulai dari menahan air hujan
agar tidak langsung jatuh ke tanah sehingga memaksimalkan proses penyerapan
air, pupuk organik dari daun dan ranting kering yang gugur yang membantu cacing
menggemburkan tanah, sampai membantu tanah menghasilkan mata air. Hutan adalah
lingkungan hidup yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari sehingga sudah
sepatutnya dijaga dan dipelihara sebagai bentuk terimakasih atas jasa-jasa
tersebut.
Berdasarkan data dari
Global Forest Resources Assessment of the United Nations pada tahun 2015, total
luas hutan di dunia menutup 31.6% luas daratan yang menjadi sumber oksigen bagi
7.3 miliar manusia yang hidup berdampingan dengannya. Dari data tersebut, Rusia
berhasil mendapatkan peringkat pertama sebagai negara dengan hutan terluas,
sedangkan Indonesia meraih peringkat ke-9, satu peringkat dibawah Argentina dan
satu peringkat diatas India. Pada tahun 2018, lebih dari 70 juta penduduk
Indonesia hidup bergantung pada 2,5 juta hektar kawasan hutan menurut Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
Walaupun begitu, tidak
saja di Indonesia, penipisan hutan terjadi di seluruh dunia. Contohnya dari
tahun 1990 sampai tahun 2015, luas hutan di dunia berkurang menjadi 30.6% dari
luas daratan di bumi. Berbagai alasan seperti penebangan yang tidak bertanggung
jawab, kebakaran hutan, perluasan pemukiman warga telah membuat bumi
terus-menerus perlahan demi perlahan kehilangan sumber oksigennya, dan banyak
hewan kehilangan tempat tinggalnya. Hewan seperti tarsius tarsier dan lemur
adalah contoh hewan yang terancam punah karena ekosistem tempatnya tinggal
terus dirampas oleh manusia.
Karena hal ini, pada
tanggal 28 November 2012, Majelis Umum PBB menetapkan tanggal 21 Maret setiap
tahun sebagai Hari Hutan Internasional. Tujuan dari penetapan ini adalah untuk
merayakan dan meningkatkan kesadaran seluruh warga dunia akan betapa pentingnya
hutan bagi kelangsungan hidup di bumi ini. Setiap tahun, hari ini dirayakan
dengan tema yang berbeda-beda juga. Tema ini biasanya dipilih oleh
Collaborative Partnership on Forests (CPF) dimana setiap negara didorong untuk
dapat melakukan suatu kegiatan yang melibatkan hutan dan pohon. Contohnya, pada
tahun 2019 ini, tema yang dipilih adalah Forests and Education, atau dalam
bahasa Indonesia adalah Hutan dan Pendidikan.
Di Indonesia sendiri,
masa depan untuk hutan terlihat cerah. Peluasan hutan yang meningkat lima kali
lipat dari luas hutan pada masa pemerintahan mantan presiden sebelumnya membawa
sebuah harapan akan Indonesia yang dapat kembali berjaya sebagai negara yang
kaya akan flora dan fauna. Target luas hutan sosial seluas 12.7 juta hektar,
peningkatan kapasitas penanggulangan kebakaran hutan serta kerja sama dengan US
Forest Service yang disampaikan oleh Siti Nurbaya didukung penuh oleh PBB.
Untuk dapat menjaga paru-paru
dunia, sebagai warga bumi yang kita tinggali, kita tidak harus langsung turun
dan mengikuti setiap kegiatan menanam pohon yang ada pada setiap lahan kosong
yang tidak terpakai. Hal kecil yang dapat dilakukan adalah dengan menanam
sebuah pohon di sekitar rumah. Karena walau akan memakan waktu yang lama, pohon
yang sudah dewasa juga dapat dinikmati hasilnya di kemudian hari.
Selamatkan alam mulai
dari tindakan Anda sendiri. Lestari hutanku, lestari alamku, selamat hari hutan
sedunia.
0 Komentar