Pandemi virus Corona yang awalnya diperkirakan dapat berakhir pada bulan Juni atau Juli tampaknya masih harus menempuh waktu yang lama sebelum benar-benar dapat dinyatakan berakhir. Adanya keterbatasan ruang gerak dan kegiatan yang dapat dilakukan selama masa ini juga menyebabkan kejenuhan yang luar biasa, sehingga perlahan seluruh negara yang mengalami dampaknya mau tidak mau harus mulai terbiasa dengan New Normal atau kehidupan sehari-hari yang baru. Jepang tidak luput dari deretan negara-negara yang harus menetapkan New Normal. Walaupun beberapa bisnis sudah mulai kembali buka seperti semula dengan penetapan jumlah maksimal berkumpulnya orang beserta dengan prosedur kesehatan yang sesuai, bisnis yang berbasis online masih terus berjalan karena dinilai lebih aman. Seperti apa perubahan yang terjadi pada bisnis di Jepang selama era pandemik ini?
1. Bisnis snack bar yang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat di Jepang mulai menjalankan kembali bisnisnya secara online, dimana pengunjung dapat duduk di rumah masing-masing dan mengobrol bersama dengan pemilik atau staf dari snack bar tersebut dan menyediakan minum atau makanan yang biasanya dihidangkan (dipesan) dari tempat yang sama, sendiri. Hal ini tidak menjadi masalah yang besar karena pada dasarnya snack bar adalah tempat untuk bersosialisasi dan bersantai dibandingkan untuk sekedar makan dan minum. Igarashi Mayuko yang memiliki ide untuk membuat website khusus untuk para pemilik snack bar menjadi penyelamat bisnis ini. Bahkan, dengan sistem baru ini, banyak orang yang belum pernah mencoba kehangatan suasana di snack bar menjadi tertarik untuk mencoba datang langsung ke tempatnya kelak.
2. Olahraga yang menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan sekarang dapat dilakukan lagi secara tatap muka. Hal ini adalah kabar baik bagi banyak dojo dan pusat-pusat olahraga. Tentu saja, bukanya kembali bisnis dalam sektor olahraga harus disertai dengan persyaratan ketat untuk menjaga keamanan dan kesehatan setiap individunya. Baik pelatih ataupun pengunjung diharuskan untuk menggunakan masker, mengecek suhu tubuh sebelum memasuki ruangan, dan mencuci tangan dengan air mengalir ataupun menggunakan hand sanitizer.
3. Sektor makanan dan minuman juga sudah diperbolehkan untuk membuka kembali bisnis mereka dengan beberapa syarat dan ketentuan tertentu, salah satunya adalah dengan batasan buka sampai dengan pukul 10 malam saja. Sebuah restoran di Shinjuku sekarang benar-benar mengurangi interaksinya dengan pengunjung dan beralih kepada teknologi. Mulai dari sambutan, pengarahan ke tempat duduk, hingga pemesanan makanan melalui menu dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Selain dengan pada saatnya membayar makanan, interaksi antara pengunjung dan staf tidak dilakukan. Selain itu, selain ketika saat memakan, pengunjung tidak diperbolehkan untuk melepas masker.
4. Sekolah dan setiap kegiatan ekstrakulikulernya tidak dapat berjalan dengan maksimal. Salah satu sekolah di Jepang yang bertempat di Tokyo menjalankan kegiatan ekstrakulikuler atau klub orkestra kemudian menjalankan latihannya secara online dimana masing-masing bergantian memainkan alat musik dan dikomentari oleh anggota yang lain. Klub orkestra lain yang bertempat di Osaka memutuskan untuk meng-cover sebuah lagu yang berjudul うちで踊ろう (menari di rumah) yang diciptakan oleh Gen Hoshino dengan tujuan dapat membuat penonton di rumah untuk tetap tersenyum walaupun dalam situasi yang sulit pada saat ini. Teman-teman dapat melihat cover lagu ini di youtube, beserta dengan cover lain yang dibuat oleh para odottemita, utaite dan lainnya.
5. Pencarian kerja pun mencoba opsi digital melalui video conference untuk mencari calon-calon pekerja, salah satunya perusahaan tas Tsuchiya-Kaban Seizosho yang bertempat di Tokyo. Berdasarkan pengalaman dari perusahaan ini, kebanyakaan calon pekerja justru berasal dari luar Tokyo, dengan domisili paling jauh bertempat di Jordan, Timur Tengah. Menurut para calon pekerja, hal ini justru memudahkan mereka karena mereka tidak perlu jauh-jauh ke Tokyo hanya untuk melakukan interview. Bagi Tsuchiya-Kaban Seizosho, pencarian calon pekerja dengan cara online ini juga menjadi kesempatan karena mereka dapat menemukan banyak calon yang lebih beragam daripada ketika mereka harus melakukannya secara offline.
0 Komentar