Paskah, Telur dan Kelinci


Hari Paskah dari tahun ke tahun selalu diperingati sebagai hari keselamatan, baik dari zaman sebelum Tuhan Yesus turun, kembali ke Surga, juga sampai saat ini. Perayaan pada hari ini selalu dilaksanakan dengan penuh kegembiraan dan dengan meriah. Bahkan, Paskah menjadi salah satu hari libur keagamaan Kristen yang dinanti-nantikan oleh seluruh anak di dunia bersama dengan Natal. Bagaimana tidak? Selain dari pada fakta bahwa rangkaian ibadah Paskah akhirnya dapat diakhiri, perayaan Paskah berarti kegiatan dari Sekolah Minggu yang penuh dengan hadiah-hadiah tersembunyi. 

Jika warga NIKOGA sudah melihat film berjudul “Rise of the Guardians”, warga NIKOGA pastinya mengetahui bahwa film ini adalah film yang menceritakan tentang 5 personifikasi dari hal-hal yang dipercayai oleh anak-anak khususnya di Amerika, salah satunya adalah Kelinci Paskah atau Easter Bunny. Pada film ini, personifikasi dari Paskah adalah kelinci yang selalu membawa keranjang dan telur. Digambarkan juga bahwa pada saat kekuatannya nyaris menghilang, sang kelinci sempat menyembunyikan telur-telur berwarna-warni yang berisikan hadiah. Begitulah tradisi yang dilakukan di Amerika dan diadaptasi di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Namun, mengapa kelinci dan telur yang dipilih menjadi lambang atau simbol dari hari raya satu ini?

Penyimbolan kelinci di dalam gereja sebenarnya dimulai dari tradisi Eropa yang kerap memasukkan lambang tiga kelinci yang saling mengejar dalam satu lingkaran. Lambang ini ditempatkan di tempat-tempat yang penting dalam gereja dan awalnya diduga sebagai ‘tanda tangan’ pengrajin kayu, namun gereja kemudian mulai mengasosiasikannya dengan trinitas suci Bapa, Anak dan Roh karena jumlah kelinci yang berjumlah tiga. Tidak hanya itu, gereja kemudian mempercayai simbol ini sebagai simbol hewan yang paling mendekati sosok Bunda Maria atau Virgin Mary karena kepercayaan masyarakat pada jaman itu yang meyakini bahwa kelinci dapat melahirkan banyak anak namun tidak kehilangan keperawannya, sebagaimananya Bunda Maria yang hamil dengan Tuhan Yesus tanpa kehilangan keperawanannya. 

Dimulai dari pelambangan di Gereja, negara Jerman (yang termasuk juga dalam salah satu pelopor pelambangan kelinci dalam Gereja) adalah negara pertama yang secara spesifik menggunakan kelinci pada hari Paskah. Kelinci pada hari tersebut bertindak sebagai juri terhadap anak-anak. Hasil yang keluar sama seperti ketika hari Natal; apakah kamu anak baik atau anak yang tidak baik. Hal ini kemudian menyebar dengan luas dan cepat, dan akhirnya kelinci menjadi salah satu lambang dari perayaan hari Paskah.

Penyimbolan telur memiliki makna yang sedikit berbeda. Telur sebagai lambang kesuburan sudah dipercayai dan dimulai lebih dari 5.000 tahun yang lalu. Bahkan, karena dianggap suci, pada masa puasa Paskah jaman dahulu di Eropa, telur termasuk salah satu makanan yang tidak boleh dimakan. Karena hal inilah telur menjadi lekat pada hari raya Paskah. Walaupun tradisi ini tidak dilanjutkan, telur tetap menjadi salah satu simbol hari raya Paskah oleh negara Jerman yang memakan telur yang berwarna dan dihias pada hari Paskah. 

Tak lama, muncullah legenda bahwa alasan mengapa ada banyak telur yang indah pada hari raya Paskah adalah karena Kelinci Paskah yang bertelur, menghias serta menyembunyikan telur-telur ini di banyak tempat, dan anak yang baik dapat lebih mudah menemukannya daripada anak yang tidak baik. Akhirnya, kebiasaan inilah yang mendunia dan tetap dilakukan sampai sekarang. Sampai saat ini, salah satu aktivitas yang dilakukan oleh Sekolah Minggu pada hari Paskah adalah lomba menemukan telur yang sudah disembunyikan. Kadang, di antara telur yang sudah matang, terdapat telur plastik yang berisikan hadiah atau telur coklat yang berisikan manisan.

Demikianlah cerita bagaimana akhirnya legenda Kelinci Paskah mendunia dan perayaan paskah yang bermakna bahagia menjadi lebih bahagia lagi dengan tradisi ini. Tentu saja, setiap negara memiliki caranya sendiri-sendiri merayakan hari yang penuh kemenangan ini, namun sosok Kelinci Paskah menjadi sosok yang dicintai anak belahan dunia manapun, sebagai Santa Klaus dalam bentuk musim tanpa salju.





Posting Komentar

0 Komentar