R.A. Kartini

Penulis: Mohammad Avil Abianto 


   Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau yang akrab kita kenal sebagai R.A. Kartini, beliau lahir pada tanggal 21 April 1879 sebagai putri dari Bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan M.A. Ngasirah. Kartini adalah anak kelima dari sebelas bersaudara, Ayahnya memiliki dua istri. Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan, keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo. Karena kakek dari Kartini telah dikenal sebagai Bupati pertama yang memberikan pelajaran Barat kepada anak-anaknya maka Kartini diperbolehkan sekolah di ELS (Europese Lagere School). Akan tetapi setelah menginjak usia 12 tahun, ia terpaksa berhenti melanjutkan pendidikan dan harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.


   Sejak kecil, Kartini tidak hanya diasuh oleh ibunda Ngasirah, tetapi juga oleh Mbok Emban Lawiyah. Saat berkomunikasi, Kartini juga tidak pernah membeda-bedakan teman yang satu dengan yang lainnya. Pada tahun 1881, ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara. Tanda-tanda perjuangan emansipasi Kartini tampak sejak usia enam setengah tahun. Kartini ingin sekolah. Bagi anak perempuan Jawa, pendidikan formal di sekolah pada waktu itu dianggap tabu, dilarang adat, dan diolok-olok oleh masyarakat. Tapi Kartini kecil memberontak terhadap tradisi diskriminatif ini.


   Perjuangan Kartini tidak sia-sia. Akhirnya ia mendapat izin ayahnya untuk bersekolah. Di sekolah, ia bergaul dengan anak-anak keturunan Indo-Belanda. Hanya ada beberapa anak Jawa, sebab hanya putra Bupati (Bangsawan) yang boleh belajar di sekolah Belanda. Kartini tidak sia-sia dalam kesempatan belajarnya. Dia menyelesaikan tahun terakhir sekolahnya dengan sebagai siswi yang berprestasi. Namun, Ario Sosroningrat yang menjabat sebagai bupati dan pemegang adat, ia harus menyadari akan keterbatasannya dan harus menghormati adat yang berlaku di masyarakatnya. Termasuk mengatasi masalah anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.


    Kartini merasa diperlakukan berbeda, seperti burung yang dikurung. Hidupnya selalu diatur seperti itu. Sangat berbeda dengan cara individu memperlakukan saudaranya. Bahkan, ketika dia bersekolah, dia bisa melihat perbedaan yang signifikan pada teman-teman Belandanya, yang memiliki kebebasan untuk memilih dan mengarahkan hidup mereka. Oleh karena itu,Beliau tiba-tiba menyadari bahwa perempuan di Indonesia harus diperlakukan dengan cara yang sama. Berkomitmen untuk mencapai kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Perempuan di Indonesia setidaknya harus berpendidikan.


   Selama periode menghilang sebelum dilamar dan menikah, ia mulai merencanakan untuk memenuhi mimpi ini. Kartini mulai mengirim surat kepada teman-teman Belanda dan Eropa melalui hubungan masa lalu saat masih di sekolah. Seorang teman yang sangat mendukung pemikiran wanita itu adalah Rosa Abendanon. Kartini memiliki beberapa pemikiran, terutama mengenai masalah penindasan, kawin paksa dan poligami di kalangan perempuan Jawa kelas atas, serta masalah pendidikan.


   Setelah menikah, dengan izin suaminya yang adalah Bupati Rembang, Kartini mendirikan sekolah gratis untuk anak perempuan di daerah kelahirannya, Jepara dan juga Rembang. Dia mengajarkan dasar-dasar kehidupan, seperti membaca, menulis, menjahit, menyulam, memasak, dll.


   Langkah pertama Ibu Kartini kemudian menarik simpati wanita lain dan menuntun mereka untuk mengikuti jejaknya mendirikan "Sekolah Kartini" untuk wanita, di Cirebon, Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan banyak tempat lainnya. Namun, tugas itu belum selesai pada saat R.A Kartini meninggal dunia dalam usia 25 tahun, pada 17 September 1915, setelah melahirkan putra pertamanya.


   Setelah mendengar kabar duka itu, Rosa Abendanon - Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda saat itu, dan juga teman dekat R.A Kartini, bergegas mengumpulkan surat-surat yang diterima Kartini yang dikirim ke Belanda. dan Belanda. teman-teman Eropa. Kumpulan surat-surat itu kemudian dicatat dan diterbitkan pada tahun 1911, dengan judul "Door Duisternis tox Licht" yang berarti "Dari kegelapan menuju terang" atau yang kita kenal dengan "Sesudah gelap datang" terbitlah terang".


   Kemudian sebuah buku surat Kartini untuk teman-temannya mulai viral. Bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan Inggris. Ini perlahan membuka jalan yang lebih luas bagi perempuan pribumi, memungkinkan cahaya masuk ke ruang-ruang di mana harapan pernah dianggap palsu. Hingga buku tersebut beredar di negeri Kincir Angin, masyarakat yang tinggal di Indonesia, salah satu tokoh politik moral mulai memperhatikan cita-cita R.A. Kartini menjelang wafatnya. Namanya Van Deventer.


   Van Deventer tergerak untuk mewujudkan cita-cita ibu kita, yang berhenti menulis ulasan dan menyebarkan pemikiran Kartini melalui hubungannya. Pemikiran mereka, yang sejalan dengan peningkatan dan pengembangan kualitas perempuan pribumi dan perjuangan pembebasan, menjadi dasar tindakan Van Deventer. Hal itu terus dilakukannya hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1915. Tekad Deventer dilanjutkan oleh istrinya, Deventer, yang mendirikan Yayasan Kartini khusus untuk perempuan Aborigin. Semuanya ia urus sendiri, hingga ribuan siswi bergabung dan belajar di bawah naungan Yayasan Kartini yang didirikan atas tekad Ibu Kartini dan para pendukung setianya.


   Atas jasa-jasa R.A. Kartini dalam perjuangan perempuan, Presiden Ir. Soekarno kemudian menobatkan Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan nasional pada tanggal 2 Mei 1964 dan memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April setiap tahunnya.


Sumber:

https://www.akupaham.com/biografi-ra-kartini/

https://www.merdeka.com/jatim/sejarah-21-april-lahirnya-ra-kartini-tokoh-pelopor-kebangkitan-kaum-wanita-ri-kln.html#:~:text=Biografi%20RA%20Kartini,maupun%20perempuan%20dengan%20pelajaran%20Barat





Posting Komentar

0 Komentar