Hari Raya Nyepi

(Ditulis oleh Hauna Aliffia Putri)

Hari ini di Bali sepi, bagaikan tak ada kehidupan. Keheningan menyelimuti wilayah yang didominasi oleh pesisir pantai tersebut. Bahkan, listrik serta sinyal juga dimatikan. Layanan publik seperti Bandar Udara juga ditutup. Tidak ada warga yang keluar rumah, kecuali rumah sakit yang masih beroperasi. 

Hal ini wajar, dikarenakan masyarakat Bali yang sebagian besarnya merupakan pemeluk agama Hindu, tepat pada Tahun Baru Saka, atau Tahun Baru Hindu, umat Hindu merayakan Nyepi. Apa itu? Nyepi berasal dari kata ‘sepi’ dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai hari berdiam diri bagi umat Hindu. Mereka yang merayakan tidak diperkenankan untuk beraktivitas di luar rumah dan melakukan berbagai kegiatan. Nyepi menjadi momen umat Hindu untuk melakukan kontemplasi atau perenungan tentang kehidupan. Sedangkan, tujuan utama dari Nyepi sendiri adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia / microcosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta / macrocosmos).

Pada tahun 2021 ini, hari raya nyepi jatuh pada tanggal 14 Maret. Tahukah kalian, ada beberapa upacara yang dilakukan sebelum merayakan puncak acara Nyepi?

Upacara tersebut adalah Melasti, Tawur atau Pecaruan, dan Pengrupukan. Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan penyucian dengan upacara Melasti. Segala sarana persembahyangan yang ada di Pura diarak ke pantai atau danau, karena menurut kepercayaan mereka, air laut atau danau merupakan sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala hal kotor di dalam diri manusia dan alam.

Kemudian, sehari sebelum Nyepi, umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di seluruh tingkatan masyarakat dengan mengambil salah satu dari jenis sesajian bergantung kemampuan. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Panca Sata (kecil), Panca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau Pecaruan sendiri merupakan penyucian Buta Kala, dan segala kekotoran diharapkan sirna dan menjadi suci kembali. Tawur atau Pecaruan dilakukan di kediaman masing-masing dengan menyajikan nasi manca (lima) warna berjumlah 9 paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (warna-warni) disertai tetabuhan arak / tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala, dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.

Upacara Pengrupukan, yaitu menyebar nasi tawur, mengobor-obori rumah, dan seluruh pekarangan. Pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama untuk mengusir Buta Kala agar tidak mengganggu umat.

Setelah serangkaian upacara tersebut, tibalah hari raya Nyepi yang sesungguhnya. Suasana kota seperti mati seketika. Tidak ada kesibukan dan aktivitas. Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan ‘Catur Brata’. Yaitu, Nyepi yang terdiri dari Amati Geni (tidak menggunakan atau menghidupkan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (Tidak Bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Pada hari ini, umat Hindu yang merayakan Hari Raya Nyepi sama sekali tidak beraktivitas guna melakukan penyucian dan pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Konon, setelah melaksanakan Nyepi, kehidupan benar-benar dimulai dari baru. Halaman baru yang putih bersih. Kemudian, setelah rangkaian acara tersebut, keesokan harinya, setelah puncak Nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Ngembak Geni. Pada hari itu, umat Hindu akan melakukan Dharma Santi dengan keluarga besar dan tetangga, yaitu mengucap syukur dan saling bermaafan antara satu sama lain.

Selamat Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1943. Selamat melaksanakan Catur Brata Penyepian bagi sobat NIKOGA yang merayakan!


Sumber : 

https://id.wikipedia.org/wiki/Nyepi

https://nasional.kontan.co.id/news/fakta-menarik-nyepi-perayaan-tahun-baru-saka-dan-hanya-di-indonesiahttps://nasional.kontan.co.id/news/fakta-menarik-nyepi-perayaan-tahun-baru-saka-dan-hanya-di-indonesia




Posting Komentar

0 Komentar