Hari Ibu

Oleh : Hauna Aliffia P.


“It may be possible to gild pure gold, but who can make his(their) mother more beautiful?” – Mahatma Gandhi.

Membaca salah satu tulisan dari sosok Mahatma Gandhi mengingatkan kita akan perjuangan wanita, tak luput dengan para ibu pada masa penjajahan dulu. Jika Hari Kartini ada untuk memperingati R.A. Kartini, maka Hari Ibu ada untuk memperingati Kongres Perempuan pertama pada 22-25 Desember 1928, yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Di kala wanita Indonesia masih diikat oleh sebuah rantai tak kasatmata, sebelum adanya sumpah pemuda, ada beberapa tokoh dan pencetus yang berhasil mendirikan beberapa organisasi perempuan di seluruh Indonesia. Salah satunya, tentu saja Ibu Kita Kartini. Organisasi Perempuan ini sudah ada semenjak tahun 1912, yang kemudian mengadakan kongres pertamanya pada tahun yang sama dengan sumpah pemuda. Memberi secercah harapan untuk kaum wanita, memperjuangkan segala hak yang sebelumnya tak dapat didapatkan, karena tujuan dilaksanakannya kongres ini untuk mempersatukan cita-cita, dan usaha memajukan perempuan Indonesia, sekaligus menggabungkan organsisasi-organisasi perempuan Indonesia dalam suatu federasi yang demokratis tanpa memandang latar belakang, agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat. 

Kemudian, perjuangan yang telah berlangsung cukup lama akhirnya membuahkan hasil. Tepat pada tahun 1959, Presiden Soekarno melalui dekrit presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, bahkan hingga saat ini. Setelah ditetapkannya hari ibu, kaum Wanita berhasil membuat satu pergerakan juga momen paling penting juga mengharukan. Untuk pertama kalinya, seorang wanita—Maria Ulfah—diangkat menjadi Menteri pada tahun 1950. Hal ini tak pelak membuat semuanya kian bersuka cita. Kemudian hal ini dilanjutkan dengan resminya Kowani bergabung menjadi anggota penuh dalam International Council of Women (ICW) pada tahun 1973. ICW sendiri memiliki kedudukan yang cukup penting, yakni sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Untuk mendapatkan pengakuan dari setiap insan, kaum wanita telah berjuang keras. Tak heran jikalau banyak yang berkata untuk menyayangi ibumu. Bahkan sebenarnya, sebelum kemerdekaan terjadi, kongres perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan meraih kemerdekaan itu sendiri.


Referensi :

http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=716&catid=2&

https://www.suara.com/news/2021/12/01/130224/sejarah-hari-ibu-22-desember-di-indonesia?page=all






Posting Komentar

0 Komentar